Home » » Kembalinya Sang Pelatih Alfred Riedl

Kembalinya Sang Pelatih Alfred Riedl

Written By dwiky on Friday 6 December 2013 | 07:41


Warta Negeri - Jacksen Ferreira Tiago yang beberapa waktu lalu melatih tim nasional senior akan kembali menukangi Persipura Jayapura. Posisi pelatih timnas yang kosong menjadikan publik bertanya-tanya siapa yang akan mengisi salah satu pekerjaan paling panas di Indonesia ini. 

Alfred Riedl kemudian muncul memberi kepastian nama yang akan menjadi pelatih timnas. Pria asal Austria ini bukan orang baru di sepak bola Indonesia. Dia pernah melatih Indonesia di ajang Piala AFF 2010 yang memberi suguhan penampilan menawan hingga menjadi pujaan masyarakat Indonesia. 

Dia juga pernah pula “dibenci” lantaran setelah dipecat oleh PSSI kepengurusan Djohar Arifin justru menjadi pelatih timnas tandingan di bawah KPSI yang diketuai oleh La Nyalla Matalitti. 

Keputusan Tepat Menunjuk Kembali Alfred Riedl? 

Keputusan Badan Tim Nasional (BTN) dan PSSI untuk menunjuk Alfred Riedl bukan tanpa keraguan. Wajar saja, melihat pengalaman sebelumnya Alfred Riedl pernah masuk dalam konflik kepengurusan PSSI yang menciptakan dualisme liga dan juga tim nasional. Masih banyak pihak yang menganggapnya pro pada salah satu kelompok di PSSI yang kini kembali memiliki kuasa. 

Tetapi, jika ditelaah dari sisi teknis sepak bola, penunjukkan Alfred Riedl ini tidak mengejutkan dan dirinya memang layak memperoleh kesempatan kedua untuk menangani timnas Garuda. 

Di tengah kekososongan kursi pelatih timnas, tidak banyak pelatih Indonesia yang bisa dipercaya mengemban tugas berat ini. Rahmad Darmawan sudah memiliki tanggung jawab di timnas U-23 dan dia sendiri akan melatih salah satu klub LSI musim depan. Jacksen F. Tiago, pria asal Brasil yang sudah lama malang melintang di Indonesia dengan dua gelar juara LSI bersama Persipura sudah pasti menegaskan kembali ke Jayapura setelah kontraknya bersama Tianjin, klub Cina yang sebelumnya santer menjadi pelabuhan barunya batal terlaksana. 

Indra Sjafri yang ramai diperbincangkan berkat kepiawaiannya meracik timnas U-19 juga tidak mungkin diserahi tugas ini karena dia berkonsentrasi penuh dalam pelatnas jangka panjang timnas U-19 menghadapi Piala Asia U-19 Oktober 2014 di Myanmar. Sederhananya tidak ada pelatih lokal berkualitas yang tersedia dan sedang menganggur untuk diberi pekerjaan ini. 

Sebenarnya ada satu lagi, yakni Nil Maizar. Pelatih asal Padang, Sumatera Barat itu pernah melatih Indonesia di Piala AFF 2012. Di tengah berbagai kesulitan, timnas tetap bisa eksis di tangannya walaupun prestasinya tidak bisa dikatakan bagus. Sayangnya, Nil yang tidak sedang terikat dengan klub manapun sedang konsentrasi untuk pemilu legislatif 2014. Terlalu riskan untuk memberi pekerjaan yang mendapat sorot kamera media nasional kepada orang yang sedang berkiprah dalam politik praktis. Selain Nil tidak akan fokus juga akan terjadi konflik kepentingan. 

Akhirnya, pilihan dijatuhkanlah pada pelatih asing tetapi dengan catatan dia mengerti sepak bola Indonesia sehingga tidak perlu waktu lama beradaptasi dengan kondisi sepak bola Indonesia. Dari sisi ini, penunjukkan Alfred Riedl sangat layak untuk diberi kepercayaan bahwa dialah yang terbaik. Mungkin di samping nama Riedl ada nama Wim Rijsbergen yang juga pernah melatih Indonesia, tetapi semua tahu bagaimana performa timnas Garuda di bawah Wim. Dirinya memang pernah ke final Piala Dunia dua kali (1974 dan 1978) bersama Belanda, tetapi sebagai pelatih, secara kasat mata dia tak punya kualitas mumpuni untuk meningkatkan prestasi. 

Pelatih Tegas dan Disiplin 

Secara teknis, Riedl merupakan pelatih yang dikenal tegas dan disiplin. Dia berani mencoret pemain sekaliber Boaz Solossa yang dinilainya indisipliner. Dia memberi aturan ketat bagi pemain untuk jadwal kesehariannya mulai bangun tidur, latihan, jam makan, hingga kembali istirahat. 

Pemain yang telat makan bersama akan langsung dimarahi oleh Riedl. Siapapun itu, tidak akan ada ampun untuknya. Kedisiplinan Riedl ini membuahkan hasil yang cukup bagus terlihat dari pemain yang lebih bugar saat berlaga. Meskipun secara keseluruhan stamina masih menjadi catatan bagi pemain timnas, tetapi sudah ada peningkatan yang bagus di bawah era Riedl. 

Pelatih kelahiran Wina, 2 November 1949, ini juga dikenal sebagai pelatih yang tahu benar kualitas sepak bola Indonesia. Saat mulai menangani timnas menjelang Piala AFF 2010 lalu, Riedl berkeliling Indonesia untuk mencari pemain terbaik di seluruh nusantara. Dia hadir di berbagai pertandingan LSI yang ada di berbagai wilayah Indonesia. Jarang ada pelatih sebelumnya yang dengan serius berkeliling Indonesia untuk menyaksikan pertandingan secara langsung. 

Berkat kegigihannya menyambangi pertandingan di liga, Riedl bisa menemukan pemain yang sebelumnya tidak dikenal sebagai pemain langganan timnas. Maka ada nama-nama seperti Zulkifly Syukur, Okto Maniani, maupun Ahmad Bustomi di skuat inti timnas selama Piala AFF 2010. 

Tidak hanya itu, Riedl paham kelemahan pemain Indonesia dalam melakukan umpan dan rotasi posisi. Di negara-negara maju, pelatih timnas tidak melakukan pekerjaan dasar seperti melatih umpan, fisik, maupun memberi pengetahuan mengenai rotasi pemain. Karena berbagai latihan itu harusnya sudah ditempa di klub dan menjadi tanggung jawab pelatih klub. 

Namun, karena kualitasnya dinilai buruk, maka Riedl yang seharusnya “hanya” punya kewajiban meracik taktik dan memanggil pemain terbaik yang sesuai dengan skemanya, bersedia turun langsung membenahi teknik dasar. Oleh karenanya, ada menu latihan umpan dan rotasi posisi pemain. Hasilnya langsung kelihatan ketika Piala AFF 2010 bergulir. 

Permainan timnas menjadi lebih menarik untuk ditonton dan tampil lebih menyerang. Formasi awalnya 4-4-2 tetapi ketika menyerang polanya bisa berubah menjadi 4-3-3. Penguasaan bola timnas Indonesia pun selalu unggul dibanding lawan-lawannya di semua pertandingan Piala AFF 2010 yang dilakoni timnas kecuali saat kita kalah 0-3 dari Malaysia dalam final leg pertama di stadion Bukit Jalil.

Tantangan Riedl 

Punya pengalaman bagus ketika melatih timnas di kesempatan pertamanya sepanjang 2010 hingga 2011 bukan berarti Riedl akan nyaman menjalaninya kembali sekarang. Dia langsung dibebani target berat untuk membawa Indonesia juara Piala AFF 2014. 

Situasi sepak bola Indonesia khususnya timnas pun sudah jauh berbeda. Dia memperoleh peninggalan tim yang dilatih oleh Jacksen F. Tiago. Selama diarsiteki Jacksen sudah banyak pemain senior yang dulu menjadi tumpuan Riedl seperti Firman Utina, Hamka Hamzah, dan Cristian Gonzales tak lagi dipergunakan jasanya untuk tim nasional. Jacksen juga sudah mampu meracik tim dengan cukup bagus sehingga standar yang ditinggalkan Jacksen sudah cukup tinggi untuk bisa ditandingi oleh racikan baru Riedl. 

Secara keharmonisan tim, lagi-lagi Riedl akan dihadapkan pada persoalan pengelolaan tim terkait kedisiplinan pemain. Jacksen cukup bagus dalam mengelola tim yang kini dikapteni oleh Boaz Solossa. Jacksen punya kedekatan personal dengan Boaz sehingga hubungan keduanya klop dan bisa bersinergi positif. Sementara Riedl justru punya hubungan yang tidak baik dengan Boaz di Piala AFF 2010 lalu. Kala itu seperti yang sudah disebutkan, Boaz dicoret dari tim lantaran indisipliner. 

Kini, salah satu pekerjaan utama Riedl adalah memperbaiki hubungannya dengan Boaz. Dia memang punya hak untuk tidak memanggil Boaz atau memindahkan ban kapten di lengan Boaz, tetapi publik semua sudah terlanjur sepakat dengan penunjukkan Boaz sebagai kapten tim dan juga dirinyalah kekuatan utama timnas. Akan menjadi polemik tersendiri jika Boaz ditinggalkan oleh Riedl. 

Dan juga Riedl harus bekerja “sendirian” untuk mengatasi harmoni tim ini karena sudah tidak ada lagi sosok Bambang Pamungkas di timnas sekarang. Bepe sudah tidak bermain di liga semusim terakhir dan sudah menyatakan pensiun dari timnas. Padahal di AFF 2010, Bepe adalah kapten (walaupun bukan pemain inti) sekaligus kepanjangan tangan Riedl untuk mendisiplinpan pemain serta menjaga keharmonisan tim. Jika memang Riedl merasa butuh kehadiran Bepe, mungkin dia bisa meminta Bepe menjadi salah satu asistennya. 

Menarik apa yang akan dilakukan oleh Riedl di kesempatan keduanya ini. Riedl dijadwalkan datang ke Indonesia tanggal 5 atau 6 Desember. Saat datang, Riedl sudah akan dihadapkan pada berbagai pekerjaan penting hingga tahun depan. PSSI dan BTN sudah sepakat, target juara adalah target yang realistis. Tidak bisa juara Piala AFF 2014 berarti Riedl harus siap angkat kaki. Selamat bekerja kembali Alfred Riedl!
Share this article :

0 komentar:

Post a Comment

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Warta Negeri - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger